Rumah Cinta dalam Kehidupan

Cinta merupakan satuan aspek dasar pembentuk dalam sejarah yang tidak terlihat atau non artefak, akan tetapi peranan cinta sangatlah begitu nyata dan kuat yang dengan mudah bisa dirasakan oleh para pencinta. Cinta menjadikan segalanya menjadi indah meskipun dalam kondisi dan situasi yang begitu sulit sebab cinta memberikan berjuta warna dalam kehidupan manusia.

Jika melihat dalam sejarah peradaban manusia tidak lepas dari kekuatan cinta dalam unsur pembangunnya yang menjadi kekuatan moral dan kritis, sebagaimana dalam sejarah penciptaan dua insan yang memiliki perbedaan jenis kelamin, yaitu Adam As dan Hawa As. Pada perbedaan jenis kelamin di antara Adam dan Hawa menjadikan keduanya satu pasangan yang saling melengkapi dalam segala aspek dengan membangun rumah cinta bersama.

Kecintaan Adam kepada Hawa membuatnya rela meninggalkan segala keindahan surga yang begitu luar biasa nikmatnya, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an “Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas dan gelas-gelas, dan di dalam surga itu terdapat segala apa (kenikmatan) yang diinginkan oleh hati dan sedap (dipandang) mata, dan kamu kekal di dalamnya” (az-Zukhruf [43]:71).

Ilustrasi keindahan dan kenikmatan surga juga banyak disebutkan dalam Al-Qur’an, akan tetapi semua keindahan dan kenikmatan surga yang dirasakan oleh Adam tidak ada apa-apanya dan ia malah memilih untuk meninggalkan semua keindahan dan nikmatnya kehidupan dalam surga tersebut menuju rumah cinta yang ada dalam jiwa Hawa. Dalam jiwa Hawa terdapat ketenangan dan kenyamanan bagi Adam yang jauh nikmat dari keindahan surga yang ia rasakan sebelumnya.

Jiwa Hawa sebagai rumah cinta pertama Adam menjadikan adam rela melepas segala keindahan dan kenikmatan surga yang tidak bisa disebutkan dengan kata-kata tersebut. Adam lebih memilih untuk berlabuh dan menetap dengan membangun rumah cinta dalam jiwa Hawa. Bahkan ketika Adam dan Hawa dipisahkan oleh Tuhannya, Adam rela berjuang bertahun-tahun mengembara untuk mencari Hawa demi memperoleh ketenangan jiwa.

Perjuangan Adam mencari Hawa bukanlah dilakukan dengan mudah sebab banyak rintangan dan tangannya berat yang harus dilalui oleh Adam dengan perbedaan jarak, ruang dan waktu yang jauh berbeda diantara keduanya. Berbagai rintangan dan tantangan tersebut terbayar sebanding, ketika Adam dan Hawa dipertemukan oleh Tuhannya di Jabal Rahmah. Jabal Rahmah dikenal sebagai bukit kerindungan dan bukit pengorbanan dengan penuh limpahan cinta dan kasih sayang.

Jabal Rahmah menjadi tempat monumental yang banyak dikunjungi oleh setiap orang sebab Jabal Rahmah mempunyai sejarah dalam peradaban hidup manusia dalam membangun rumah cinta. Banyak ditemukan tulisan nama-nama orang yang merupakan nama lawan pasangannya yang dituliskan di sana dengan harapan bisa memperoleh keberkahan cinta dan kasih sayang seperti yang dirasakan Adam dan Hawa.

Cinta adalah sumber ketenangan dan kebahagian dalam kehidupan, seperti yang dirasakan oleh Adam dan Hawa. Jadi berhentilah main-main atau mempermainkan cinta. Jika cinta hanya sebagai mainan untuk melampiaskan nafsu semata, maka kemurkaan dari Sang Maha Pencinta adalah konsekuensinya yang harus dipertanggungjawabkan.

Cinta harus dibuktikan melalui akad yang telah disyariatkan bukan dengan hanya kata-kata modus atau lebay yang tidak jelas ujungnya. Cinta membuat seseorang lebih tenang dan nyaman dalam menjalani kehidupannya, bahkan lebih mudah untuk mendekatkan diri dengan Tuhannya. Ketika iman harus dibuktikan melalui amal, maka cinta harus dibuktikan dengan menikah agar hidup penuh keberkahan dalam membangun rumah cinta.

Penulis: Suud Sarim Karimullah

Related Posts

Ketika Imam Husein Menolak Diam

Ketika Imam Husein menolak diam di hadapan tirani, ia tidak sedang melakukan tindakan spontan yang lahir dari keberanian sesaat, melainkan menjalankan sebuah proyek moral yang berakar dalam pada nilai-nilai profetik.…

Darah Imam Husein, Hidupnya Keadilan

Darah Imam Husein yang tertumpah di padang Karbala bukan sekadar darah seorang cucu Nabi yang gugur di medan pertempuran, melainkan simbol yang abadi dari perlawanan terhadap tirani dan perwujudan paling…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You Missed

Ketika Imam Husein Menolak Diam

Ketika Imam Husein Menolak Diam

Darah Imam Husein, Hidupnya Keadilan

Darah Imam Husein, Hidupnya Keadilan

Teriakan Kebenaran di Padang Karbala

Teriakan Kebenaran di Padang Karbala

Keadilan Politik Rasulullah dalam Bingkai Demokrasi

Keadilan Politik Rasulullah dalam Bingkai Demokrasi

Toleransi sebagai Warisan Peradaban Islam

Toleransi sebagai Warisan Peradaban Islam

Transformasi Sosial Nabi Muhammad

Transformasi Sosial Nabi Muhammad