Pada era globalisasi dengan kemajuan teknologi yang serba digital saat ini menimbulkan banyak perubahan pola kehidupan ditengah-tengah sosial masyarakat. Akibatnya, banyak ditemukan bahwa masyarakat cenderung untuk memilih kebudayaan baru yang dianggap lebih praktis dibandingkan dengan budaya lokal. Salah satu yang menjadi faktor penyebab budaya lokal dilupakan pada masa sekarang adalah kurangnya minat generasi muda sebagai penerus untuk mempelajarinya dan mewarisi kebudayaannya sendiri, sehingga hal yang demikian menjadi sebuah problem dalam keberlangsungan hidup berbangsa dan bernegara.

Para santri yang merupakan bagian dari generasi muda penerus bangsa yang juga berjuang dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari tangan para penjajah memiliki tanggung jawab dan berperan penting dalam menjaga eksistensi nilai-nilai tradisi dan budaya bangsa. Seorang santri memiliki peran yang tidak hanya terfokus untuk selalu menjaga ma’suliyâh diniyāh dan ma’uliyyâh wathaniyāh, akan tetapi juga harus menjaga tradisi dan budaya nusantara. Para santri perlu mawas diri bahwa para generasi muda bangsa masih dihadapkan dengan berbagai problematika, seperti masih banyak terpengaruh dari berbagai budaya luar dan terhimpitnya peradaban nusantara dalam peradaban global yang bercorak postmodern.

Kemajuan sebuah peradaban sangat begitu penting, akan tetapi kemajuan tersebut harus tetap mengakarnya peradaban atas berbagai nilai tradisi dan budaya yang lestari menjadi sebuah perkara yang jauh lebih penting. Agama saja yang merupakan sebuah institusi dengan memiliki fokus pada penyebaran ajaran mengenai keyakinan dan pengawalan atas berbagai nilai kebaikan yang berlaku secara teratur dengan sebuah tradisi dan budaya yang lestari.

Pada sejarah perkembangan Islam di Indonesia tidak lepas dari pengaruh tradisi dan budaya. Tradisi dan budaya lokal nusantara berperan besar dalam penyebaran Islam di Indonesia. keberhasilan agama Islam bertahan di Indonesia justru terjadi sebab adanya akulturasi agama dan budaya. Berbagai ritual keagamaan masih dilaksanakan tanpa harus menyingkirkan faktor tradisi seperti misalnya upacara Sekaten dan Tahlilan.

Tradisi dan budaya lokal nusantara itu yang justru menjadi pengikat sekaligus penguat agama Islam di Indonesia. Indonesia dikenal sebagai bangsa dengan berbagai karya yang luar biasa dari seni dan budaya tradisionalnya. Berbagai nilai agama harus bisa dibangun atas landasan tradisi dan budaya sehingga menjadikan Islam sebagai agama yang kuat. Islam bisa eksis sampai sekarang di Indonesia sebab berhasil melakukan akulturasi dengan tradisi dan budaya lokal yang begitu harmonis.

Menurut Ahmad Syauqi Beik yang merupakan seorang penyair dan pemikir dari Mesir mengatakan “Wainnāmâl umamûl akhlâqû mā baqīyât wa inhûmu dzahabât akhlaqûhūm dzahābu”.  Martabat suatu bangsa tergantung budayanya, bukan agamanya. Ketika budayanya unggul, maka martabat bangsa akan tinggi dan dihormati semua pihak dan ketika budayanya hancur, maka martabat bangsa akan hancur. Menjaga eksistensi tradisi dan budaya yang menopang atas segala ajaran dan syiar agama bisa menjadikan budaya sebagai infrastruktur agama. Selama tradisi dan kebudayaan tersebut tidak bertentangan dengan ketentuan yang telah diterapkan oleh syariat Islam. 

Para santri harus selalu tetap menjaga eksistensi tradisi dan budaya bangsa sebab mempunyai kapasitas sebagai bagian dari problem solving atas berbagai persoalan yang  muncul, sehingga bisa melakukan kontrol terhadap berbagai perkara yang dapat menimbulkan perpecahan dan disintegrasi bangsa. Dalam menjaga eksistensi tradisi dan budaya bisa dilakukan melalui konservasi, culture knowledge, dan culture experience.

Penulis: Suud Sarim Karimullah